Lintas5terkini.com, Kota Makassar kembali memasuki babak baru di bawah kepemimpinan Wali Kota terpilih periode 2025-2029. Janji-janji perubahan telah dikumandangkan, membawa harapan baru bagi masyarakat. Namun, perubahan tak hanya soal pergantian jabatan atau kebijakan baru, melainkan juga tentang bagaimana seluruh elemen kota menyikapi dinamika ini dengan kedewasaan.
Seperti lazimnya dalam transisi kepemimpinan, mutasi dan pergantian pejabat menjadi langkah awal. Para camat bersiap berpindah tugas, lurah-lurah baru mulai menempati posisi, dan organisasi RT/RW periode sebelumnya pun mengalami perubahan. Ini bukan sekadar perputaran roda kekuasaan, tetapi juga bagian dari strategi pemerintahan untuk mewujudkan visi baru.
Pergantian kepemimpinan bukan hanya tentang kemenangan atau kekalahan politik. Yang berkuasa memiliki tanggung jawab menjalankan amanah dengan baik, sementara yang berganti kembali berbaur dengan masyarakat. Kehidupan terus berjalan, dan yang terpenting adalah bagaimana semua pihak dapat berkontribusi bagi kemajuan Kota Makassar, tanpa terjebak dalam persaingan yang kontraproduktif.
Di tengah dinamika perubahan, ada nilai-nilai yang harus tetap dijaga: silaturahmi dan kesetiakawanan. Perbedaan politik dan kebijakan tak seharusnya merusak hubungan sosial. Justru, inilah saatnya memperkuat persatuan dan kebersamaan demi kemajuan kota.
Lima tahun ke depan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan. Bagi masyarakat, ini adalah kesempatan untuk mengawal kebijakan, memberikan kritik yang membangun, dan turut serta dalam pembangunan. Sementara bagi pemerintah, ini adalah waktu untuk membuktikan bahwa janji-janji yang pernah diucapkan bukan sekadar kata-kata kosong.
Dinamika politik akan terus berputar, tetapi sikap dewasa dalam menyikapi perubahan adalah kunci utama. Pada akhirnya, perjuangan ini bukan semata untuk kepentingan kelompok, tetapi untuk kemajuan bersama, demi Makassar yang lebih baik.
(Macan 9)
