Depok, Lintas5terkini.com — Sejumlah mantan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Organisasi Jaringan Nasional Indonesia (JARNAS.INDO) menggelar agenda konsolidasi ideologis di Kantor Sekretariat JARNAS.INDO yang berlokasi di Ruko Curugan Blok B, C, D, Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat. Kegiatan ini menjadi ajang strategis untuk memperkuat kembali semangat perjuangan dan nilai-nilai idealisme di tengah dinamika nasional yang terus berkembang.
Ketua Harian JARNAS.INDO, Adhi Wibowo, menegaskan bahwa mantan aktivis mahasiswa memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk melanjutkan cita-cita perjuangan para pendiri bangsa. “Tujuan kita bernegara adalah untuk memakmurkan rakyat Indonesia, bukan memperkaya segelintir elit oligarki. Mantan aktivis harus menjaga idealismenya dan tetap berdiri bersama rakyat,” ujarnya.
Adhi juga mengingatkan agar aktivis yang kini berada dalam lingkar kekuasaan tidak menjadi alat kekuasaan dan tunduk pada narasi penguasa. “Kita sebagai anak bangsa harus berani bersikap dan tidak melupakan sejarah panjang perjuangan bangsa, meskipun sejarah itu kelam,” tegasnya.
Dalam forum tersebut, JARNAS.INDO juga mengecam segala upaya pengaburan sejarah kelam bangsa, seperti peristiwa Mei 1998 dan tragedi 1965. Dewan Pembina JARNAS.INDO, Akhmad Rianto—yang juga dikenal sebagai pengacara rakyat di Makassar—mengkritik keras pernyataan Menteri Fadli Zon yang dinilai mencederai rasa keadilan para penyintas tragedi 1998. “Sampai hari ini para korban belum mendapat keadilan yang layak,” kata Rianto.
Sekretaris Jenderal JARNAS.INDO, Damar Panca, menyampaikan bahwa konsolidasi ideologis ini akan diperluas menjadi forum diskusi nasional yang melibatkan mantan aktivis 98, pasca 98, serta tokoh-tokoh independen lainnya. “Kita butuh ruang belajar bersama dari sejarah, agar arah perjuangan ke depan tidak salah arah,” jelasnya.
Sejumlah aktivis 98 dari berbagai kota telah menyatakan kesiapan untuk mengikuti agenda retret ideologis di Kaliurang, Yogyakarta. Di antaranya adalah Surya (Bandung), Anton (Jakarta), Dahlan (Aceh), Aven (Surabaya), Toni (Semarang), dan Rona (Kalimantan Timur). Konsep retret ini dipilih agar diskusi bisa berjalan intens dan mendalam, sekaligus menjadi napak tilas sejarah gerakan rakyat Indonesia.
Menurut Akhmad Rianto, agenda ini telah mengkonfirmasi partisipasi perwakilan dari hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Aceh, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. “Hampir dua pertiga wilayah Indonesia akan mengirimkan perwakilan,” katanya.
Ketua Umum JARNAS.INDO, Happy Kurniawan, menegaskan bahwa konsolidasi ini akan menjadi bekal ideologis penting bagi mantan aktivis mahasiswa yang terus mengawal aspirasi rakyat. Ia juga menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto lebih membuka ruang partisipasi bagi para aktivis kerakyatan dalam mengawal program-program prioritas nasional.
“Jika pemerintah bisa bersinergi dengan gerakan rakyat dan menjauhkan diri dari cengkeraman elit oligarki, maka visi Indonesia Emas 2045 akan lebih mudah kita capai,” pungkas Happy.
JARNAS.INDO – Tetap Bersama Rakyat, Menjaga Api Perjuangan Bangsa.