banner 728x250

Dampak yang Mengkhawatirkan: Ketika Jurnalis Menjadi Penjaga Perdamaian Pascabentrokan

banner 120x600
banner 468x60

MakassarLintas5terkini.com  — Dalam kehidupan perkotaan yang kompleks, bentrokan antar warga, yang sering disebut ‘tawuran’, sayangnya bukan hal yang jarang terjadi. Bentrokan ini mengganggu perdamaian, menimbulkan ketakutan, dan meninggalkan jejak pertanyaan tentang keselamatan dan keamanan. Baru-baru ini, bentrokan yang ramai diberitakan antara dua faksi lokal, yang dikenal sebagai “Layang” dan “Bunga Eja”, semakin memperjelas kekhawatiran ini.

Namun, apa yang terjadi setelahnya di posko Kamtibmas (Ketertiban dan Keamanan Masyarakat) utama bukan hanya mengkhawatirkan – melainkan sebuah pengungkapan yang mengkhawatirkan tentang kesiapan keamanan publik. Dalam situasi yang membingungkan warga dan pengamat, posko keamanan utama, yang seharusnya menjadi mercusuar, justru dijaga bukan oleh petugas polisi, melainkan oleh wartawan.

banner 325x300

Menurut salah seorang warga hendak disebut namanya menceritakan, teror yang mereka rasakan: “Suaranya memekakkan telinga. Kami mengunci pintu, menarik anak-anak mendekat. Setiap kali ini terjadi, kami berharap ini yang terakhir, tetapi kenyataannya tidak. Kami hanya ingin hidup damai.”

Bentrokan khusus ini, yang mungkin lebih intens daripada bentrokan sebelumnya, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan kehadiran pasukan keamanan yang kuat dan nyata untuk memulihkan ketenangan dan mencegah eskalasi lebih lanjut. Harapannya, tentu saja, adalah bahwa penegakan hukum akan segera hadir dan terlihat, tidak hanya selama konflik tetapi, yang terpenting, segera setelahnya.

Pemandangan Menggelikan di Pos Kamtibmas memiliki fungsi vital di setiap komunitas. Pos ini berfungsi sebagai pusat pelaporan insiden, koordinasi upaya keamanan, dan memberikan efek jera yang nyata bagi calon pelaku kerusuhan. Pos ini dirancang sebagai simbol kewibawaan, aksesibilitas, dan rasa aman bagi masyarakat. Setelah peristiwa penting seperti bentrokan Layang vs. Bunga Eja, kewaspadaan akan meningkat, dengan personel polisi yang secara aktif menjaga pos tersebut, memberikan rasa aman kepada warga, dan mengumpulkan informasi.

Namun, apa yang terjadi di posko utama Kamtibmas sangat berbeda dari ekspektasi tersebut. Beberapa jam setelah bentrokan, posko tersebut tampak sepi, kecuali kehadiran beberapa orang yang berdedikasi: para jurnalis. Berbekal kamera, buku catatan, dan mikrofon, mereka hadir untuk mendokumentasikan dampaknya, mewawancarai warga, dan melaporkan situasi secara keseluruhan. Mereka memang menjalankan tugas untuk memberi informasi kepada publik, tetapi dalam melakukannya, mereka secara tidak sengaja menyoroti kekosongan yang meresahkan.

“Kami tiba dengan harapan menemukan petugas sedang melakukan pengarahan, mungkin mengambil pernyataan atau merencanakan patroli,” jelas Sair Djamaluddin, seorang wartawan dari sebuah media berita lokal terkemuka. “Namun, kami mendapati pos itu kosong. Tidak ada polisi, tidak ada petugas keamanan tambahan. Hanya kami, media. Rasanya seperti mimpi. Kami di sana untuk melaporkan kurangnya kehadiran petugas keamanan, dan dengan kata lain, kami menjadi ‘penjaga’ de facto pos kosong itu, hanya karena kami satu-satunya yang ada di sana.”

Situasi ini langsung memunculkan pertanyaan kritis: Di mana polisi? Mengapa pos keamanan penting dibiarkan begitu saja setelah kerusuhan besar? Dan apa pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat yang sedang berjuang pulih dari trauma?

 

Penulis : Pepen

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Nomor Kontak ; Lintas 5 Terkini.com, 085242507911 - Nomor Kontak ; Lintas 5 Terkini.com, 085242507911 - Nomor Kontak ; Lintas 5 Terkini.com, 085242507911