Jakarta, Lintas5terkini.com – Pada tahun 2022 lalu, ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara mencapai Gross Merchandise Value (GMV) sebesar USD 200 miliar, ini 3 tahun lebih cepat dari proyeksi awal.
“Pertumbuhan ekonomi digital ini membuka lebar kesempatan bisnis bagi UMKM kita. Dengan GMV yang sebesar USD 200 miliar pada tahun lalu (2022) dipastikan bakal terus bertumbuh di tahun 2023 ini dan mendatang, ini peluang bagus yang juga harus dikawal dengan perangkat hukum yang memadai,” ujar Andre Vincent Wenas, Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia, dalam keterangannya pada Senin, 17 April 2023.
PSI menanggapi pertemuan Bank Dunia bertema “Unlocking the Full Potential of Digital Transformation in Southeast Asia: Role of Public and Private Sector” di Washington DC pada Kamis 13 April 2023 yang baru lalu. Dalam pertemuan ini Indonesia diwakili Menkeu Sri Mulyani Indrawati.
“Yang menarik adalah statement Indonesia via Menkeu yang bilang bahwa ekonomi digital ikut menciptakan 160 ribu pekerjaan langsung, dan 30 juta pekerjaan tidak langsung. Lalu kontribusinya sebesar 5%-10% terhadap PDB di kawasan Asia Tenggara, itu ditahun 2022 lalu. Kedepannya tentu bakal meningkat terus,” kata Andre menambahkan.
Kawasan ASEAN sendiri beranggotakan 11 negara: Indonesia (sejak 1967), Malaysia (1967), Singapura (1967), Thailand (1967), Filipina (1967), Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos (1997), Myanmar (1997), Kamboja (1999) dan Timor Leste (2022).
“Jangan lupa, Indonesia punya peran penting dalam posisinya sebagai ketua ASEAN. Posisi Indonesia yang memegang Keketuaan ASEAN tahun ini berkomitmen untuk terus memperkuat inklusi keuangan ASEAN, khususnya pada sektor keuangan digital. Kita sepakat dengan optimisme Menkeu untuk membangun ASEAN jadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia,” kata Andre.
“Ekonomi digital telah membuka peluang bagi pelaku UMKM, juga pelaku usaha perempuan, dan masyarakat yang selama ini dianggap miskin dan terpinggirkan untuk memperoleh akses terhadap produk keuangan formal. Ini khan bentuk pemerataan lantaran didorong oleh teknologi,” jelasnya.
“Dalam lingkungan ASEAN sudah ada platform kerjasamanya, saling membantu dalam masalah yang jadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi. Bentuknya berupa pelatihan dan fasilitas riset, selain kolaborasi secara efektif untuk mengembangkan agrikultur dan industri yang lebih baik. Juga perluasan wilayah dagang, perkembangan transportasi, dan fasilitas komunikasi,” jelas Andre Vincent Wenas menutup pembicaraan. (*)